TEMPO.CO, Yogyakarta - Setiap hari Selasa Wage para pedagang di Malioboro, Yogyakarta, tak berjualan. Apa sebab hari itu para pedagang kaki lima atau PKL di Malioboro kompak tak berjualan? Apakah hari Selasa Wage dikeramatkan oleh mereka?
Baca: Miniatur Malioboro di Museum Sejarah Jawa Bantul Yogyakarta
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Purwadi menjelaskan asal usul Selasa Wage menjadi hari larangan berjualan buat para PKL di Malioboro. Sejak September 2017, hari Selasa Wage menjadi hari yang penting, khususnya bagi pelaku usaha di kawasan Malioboro.
Sebab mulai saat itu, setiap Selasa Wage, para pedagang kaki lima (PKL) wajib memberi libur agar Jalan Malioboro bisa 'bernapas' dan 'membersihkan diri'. Caranya, dengan tak berjualan sehari penuh dan mengganti aktivitas dagangnya dengan kegiatan bersih-bersih bersama atau reresik.
"Selasa Wage itu hari lahir dan pasaran Ngarso Dalem, Sri Sultan Hamengku Buwono X," ujar Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Purwadi kepada Tempo Rabu 19 Juni 2019. Selasa Wage merupakan perhitungan berdasarkan hari pasaran dalam kalender Jawa. Perhitungan kalender seperti ini biasa disebut selapanan yang jatuhnya tiap 35 hari sekali.
Becak di kawasan Malioboro Yogyakarta yang tarifnya bisa Rp 5.000 saja. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Dalam tradisi Jawa, khususnya di Yogyakarta, masyarakat punya tradisi untuk memberi penanda hari lahir raja dengan bentangan kegiatan, yang lebih dikenal Selasa Wagen. Hari pasaran lahir raja keraton Yogyakarta itu dipilih dan disepakati menjadi hari libur untuk merawat Malioboro dengan cara meliburkan PKL dan kini diikuti kebijakan bebas kendaraan bermotor.
Selain PKL yang tak berjualan, sekarang setiap hari Selasa Wage juga berlaku aturan bebas kendaraan bermotor di Malioboro mulai pukul 06.00 sampai 21.00 WIB. Yang boleh melintas di Jalan Malioboro hanya becak, andong, dokar, sepeda, Bus Trans Jogja, pemadam kebakaran, ambulance, patroli polisi, dan angkutan kebersihan.
Baca: Ke Malioboro Ditawari Naik Becak Rp 5.000, Tega Bayar Segitu?
Sebagian masyarakat di Jawa juga masih meyakini jika nama hari berkaitan dengan kegiatan tertentu yang direkomendasikan membawa berkah. Selasa yang dalam pelafalan bahasa Jawa disebut Seloso, kerap diartikan sebagai selo seloning menungso. Yang artinya, itu adalah hari saat masyarakat senggang atau tidak terlalu sibuk dengan kegiatan sehari-hari. Dengan begitu, orang tersebut bisa melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat untuk sesama dan lingkungan.
Suasana di Malioboro Yogyakarta setiap hari Selasa Wage. TEMPO | Pribadi Wicaksono
"Selasa Wage kini menjadi ruang bagi masyarakat di Yogyakarta, terutama Malioboro untuk melakukan kegiatan sosial, berdiskusi, atau menggelar seni budaya," ujar Heroe Purwadi. Momentum Selasa Wage digaungkan sejak 26 September 2017 bertepatan dengan HUT ke-261 Kota Yogyakarta.
Pantauan Tempo, dalam beberapa Selasa Wage yang dilalui, pagi-pagi benar para pelaku usaha seperti pedagang kaki lima (PKL), pengayuh becak, kusir andong, seniman, hingga komunitas masyarakat menggelar kegiatan bersih-bersih bersama di sepanjang Jalan Malioboro. Mulai dari menyapu sampah, menyirami tanaman, mengecat, hingga memperbaiki fasilitas yang rusak.